loading...

Jumat, 14 Desember 2018

Honesty

Sebelumnya, salam kenal , ya. Namaku Alex. Aku saat ini berumur 18 tahun dan sedang duduk dibangku SMA. Banyak sekali yang bilang jika kalau wajahku ini mirip dengan Emir Mahira (Pemeran Bayu di Film Garuda di Dadaku). Saat ini Aku belum memiliki pacar seperti teman-temanku yang lainnya. Karena kesibukan Ku dalam mengejar nilai membuat Ku sulit untuk dapat memiliki pasangan.
Okee langsung saja, ini kisahku. Selamat membaca......


Pagi itu, aku yang sedang sibuk mengemasi keperluan Ku untuk sekolah, dikagetkan oleh suara nyaring ponsel yang menandakan bahwa ada telepon masuk dannn.... benar ternyata Winda yang menelpon Ku. Winda itu adalah teman sekolah Ku dari jaman SMP sampai sekarang di SMA. Lalu Ku angkat telponnya.
“Oy Lex. Kebo banget dah Lu, ditelponin sampe 10x, enggak diangkat angkat”
“Iya iya maaf. Tadi lagi siap-siap buat kesekolah. Ada apaan emang Lu nelpon gue pagi-pagi gini? Ganggu aja lagian”
“Selooww aja dong Lex. Jadi gini, bokap nyokap Gue gabisa nganterin Gue kesekolah, kan Lu bawa motor tuh, boleh kan Gue nebeng ?”
“hmmmm Boleh enggak yaa??” (nada meledek)
“Pliss pliss boleh dong .... udah telat soalnya”
“Hmmmmm yaudah iya boleh, tapi ada syaratnya ...”
“Hihhh segala ada syarat-syaratnya segala. Yaudah apa?”
“Temenin Gue besok buat ke Toko Buku”
“Ahhhhh ngerepotin...”
“Lahhhh yaudah kalau gamau yaudah, selamat kesiangannnnnn”
“ihhh iya iya nanti ditemenin”
“nahh gitu dong kan enak abang neng wkwkkw. Yaudah siap siap sana jangan lama-lama nanti Gue ditinggal”
“Iya” (dengan nada bete)
Seketika aku langsung bergegas mengambil barang-barang kebutuhan Ku untuk kesekolah dan langsung menuju rumah Winda. Dengan vespa ku yang sangat berharga ini. Pemberian ayah Ku pada saat aku ulang tahun ke-17.
Sedangkan Winda, Kami sudah berteman sejak jaman SMP. Karena dulu kami pernah sempat satu kelas pada saat SMP, disitulah kami mulai dekat dan selalu berantam jika dikelas atau jika bertemu dilorong sekolah. Bahkan pernah kami dipanggil ke ruang BP, karena kami bertengkar dikelas hingga membuat seluruh isi ruangan kelas berantakan.
Setelah sampai di depan rumah Winda. Sebelum Ku sempat menekan bel rumahnya, Winda sudah keluar rumah dengan pakaian rapih, makeup yang tipis dan pakaian putih abu-abu yang dibalutkan dengan kardigan berwarna putih.
“Lama banget siihhh” Ujar Winda
“Yehh.. udah dijemput bilang makasih harusnya, ini malah marah-marah”
“Yaudah iya iya. Makasiihh Alexxxxxxx”
Winda pun mencubit pipiku sambil mengucapkan terimakasih dengan nada bercanda. Lalu menaiki motor ku dan bergegas menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah Winda langsung melompat dari motor tanpa mengucapkan terimakasih sebelumnya. Ya itu lah Winda, seorang perempuan yang cantik namun sikapnya seperti anak laki-laki. Tapi Winda terhitung anak yang populer di sekolah ini. Karena parasnya yang cantik dan sangat berprestasi disekolah ini, makanya tidak heran Winda disukai banyak guru disekolah ini.
*kriiiinngggg....kringgggg....kringgggg* Bel pulang sekolah pun berdering. Seperti biasa Winda sudah menunggu diparkiran menunggu ku untuk pulang bareng, padahal laki-laki yang ingin mengantarkan dia sangatlah banyak. Namun dia selalu menolak bahkan pernah ditendang oleh nya, karena cowonya memaksa untuk mengajak pulang bareng.
“Lelet banget sih kaya keong”
“Lah, lu ngapain disini? Pulang mah pulang aja sana”
“Oh jadi gamau nih ditebengin sama gue lagi ? Oke kalau gitu gapapa. Nanti gue naik ojek aja dipinggir jalan yang enggak tau abangnya berasal darimana, terus baik atau engga, atau mungkin aja abangnya itu penjahat yang.......”
Sebelum dia melanjutkan omongannya langsung kututup mulutnya itu.
“Iya udah gausah banyak ngomong. Sinii gue anterin”
“Nah gitu dong. Btw lu gantengan lex hari ini”
“Halah... giliran ada maunya aja muji-muji. Udah cepetan naik. Keburu ujan. Nanti lu berubah jadi dugong”
“Hehhhh kurang ajar lu!! Mana ada dugong secantik gue”
Lalu kami pun bergegas pulang, karena cuaca yang sudah menunjukan akan turun hujan. Dijalan pun kami seperti biasa, membicarakan banyak hal yang memicu perselisihan antar kami berdua.
Sesampainya dirumah Winda, hujan pun turun. Winda pun menyuruhku untuk berteduh sejenak dirumahnya.
“Hujan Lex, masuk aja dulu kerumah. Itung itung ucapan makasih gue ke lu, karena lu udah mau nganterin dan jemput gue ke sekolah. Nanti gue bilangin mbak buat bikinin teh anget biar lu gak kedinginan”
“Hmmmmm..... Tumbenan lu baik” Ujar ku dengan curiga
“Lu baru tau kalau gue baik ? gue emang baik. Lu nya aja yang enggak peka. Udah sana cepet masuk”
“iya-iya. Dasar galak”
Akhirnya aku pun berteduh sebentar di rumah Winda. Ini bukan kali pertama kalinya aku kesini. Karena memang kami sudah dekat dari SMP. Jadi aku sudah beberapa kali datang kesini dan orang tua Winda pun sudah mengenal ku.
“Lu tunggu disini aja dulu Lex. Jangan kemana-mana. Kalau ada barang yang hilang berarti lu! Gue mau ganti baju dulu” ucap Winda
“Iya nyonyaaaa Windaaaa..”
Sambil menunggu Winda ganti baju. Aku melihat-lihat foto masa kecil Winda yang terpajang pada lemari kaca yang tersusun rapih lalu mengambil salah satu foto dia pada saat dia SMP.
“Lucu sih sebenernya dia. Sayang aja galak kek nenek lampir”
Selang beberapa menit Winda pun datang. Langsung merampas foto yang sedang ku pegang.
“Udah dibilang kan duduk disana aja. Gabisa dibilangin banget sih jadi orang” ucapnya marah
“Kan bosen Win. Lagi pula hanya lihat doang kan. Yaudah iya-iya maaf. Gue pulang aja deh lagi pula hujannya juga udah reda”
“Yaudah sana pulang!” Jawab Winda kesal
“Galak banget”
“Bodo!!”
Aku pun lekas pulang sebelum nyawa ini terancam dilahap oleh nenek lampir.
Pada saat jalan pulang, sepintas pikiranku mengingat hal yang baru saja terjadi. Ko bisa Winda semarah itu. Padahal Aku hanya melihat-lihat foto nya saja.
“Yaudah lah nanti juga baikan lagi, Seperti biasanya.” Pikir ku