Sebelumnya, salam kenal
, ya. Namaku Alex. Aku saat ini berumur 18 tahun dan sedang duduk dibangku SMA.
Banyak sekali yang bilang jika kalau wajahku ini mirip dengan Emir Mahira
(Pemeran Bayu di Film Garuda di Dadaku). Saat ini Aku belum memiliki pacar
seperti teman-temanku yang lainnya. Karena kesibukan Ku dalam mengejar nilai
membuat Ku sulit untuk dapat memiliki pasangan.
Okee langsung saja, ini
kisahku. Selamat membaca......
Pagi itu, aku yang
sedang sibuk mengemasi keperluan Ku untuk sekolah, dikagetkan oleh suara
nyaring ponsel yang menandakan bahwa ada telepon masuk dannn.... benar ternyata
Winda yang menelpon Ku. Winda itu adalah teman sekolah Ku dari jaman SMP sampai
sekarang di SMA. Lalu Ku angkat telponnya.
“Oy Lex. Kebo banget
dah Lu, ditelponin sampe 10x, enggak diangkat angkat”
“Iya iya maaf. Tadi
lagi siap-siap buat kesekolah. Ada apaan emang Lu nelpon gue pagi-pagi gini?
Ganggu aja lagian”
“Selooww aja dong Lex.
Jadi gini, bokap nyokap Gue gabisa nganterin Gue kesekolah, kan Lu bawa motor
tuh, boleh kan Gue nebeng ?”
“hmmmm Boleh enggak
yaa??” (nada meledek)
“Pliss pliss boleh dong
.... udah telat soalnya”
“Hmmmmm yaudah iya
boleh, tapi ada syaratnya ...”
“Hihhh segala ada
syarat-syaratnya segala. Yaudah apa?”
“Temenin Gue besok buat
ke Toko Buku”
“Ahhhhh ngerepotin...”
“Lahhhh yaudah kalau
gamau yaudah, selamat kesiangannnnnn”
“ihhh iya iya nanti
ditemenin”
“nahh gitu dong kan
enak abang neng wkwkkw. Yaudah siap siap sana jangan lama-lama nanti Gue ditinggal”
“Iya” (dengan nada
bete)
Seketika aku langsung bergegas mengambil barang-barang kebutuhan Ku untuk
kesekolah dan langsung menuju rumah Winda. Dengan vespa ku yang sangat berharga
ini. Pemberian ayah Ku pada saat aku ulang tahun ke-17.
Sedangkan Winda, Kami sudah berteman
sejak jaman SMP. Karena dulu kami pernah sempat satu kelas pada saat SMP,
disitulah kami mulai dekat dan selalu berantam jika dikelas atau jika bertemu
dilorong sekolah. Bahkan pernah kami dipanggil ke ruang BP,
karena kami bertengkar dikelas hingga membuat seluruh isi ruangan kelas
berantakan.
Setelah sampai di depan
rumah Winda. Sebelum Ku sempat menekan bel rumahnya, Winda sudah keluar rumah
dengan pakaian rapih, makeup yang tipis dan pakaian putih abu-abu yang
dibalutkan dengan kardigan berwarna putih.
“Lama banget siihhh”
Ujar Winda
“Yehh.. udah dijemput
bilang makasih harusnya, ini malah marah-marah”
“Yaudah iya iya.
Makasiihh Alexxxxxxx”
Winda pun mencubit
pipiku sambil mengucapkan terimakasih dengan nada bercanda. Lalu menaiki motor
ku dan bergegas menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah
Winda langsung melompat dari motor tanpa mengucapkan terimakasih sebelumnya. Ya
itu lah Winda, seorang perempuan yang cantik namun sikapnya seperti anak
laki-laki. Tapi Winda terhitung anak yang populer di sekolah ini. Karena
parasnya yang cantik dan sangat berprestasi disekolah ini, makanya tidak heran
Winda disukai banyak guru disekolah ini.
*kriiiinngggg....kringgggg....kringgggg*
Bel pulang sekolah pun berdering. Seperti biasa Winda sudah menunggu diparkiran
menunggu ku untuk pulang bareng, padahal laki-laki yang ingin mengantarkan dia
sangatlah banyak. Namun dia selalu menolak bahkan pernah ditendang oleh nya,
karena cowonya memaksa untuk mengajak pulang bareng.
“Lelet banget sih kaya
keong”
“Lah, lu ngapain
disini? Pulang mah pulang aja sana”
“Oh jadi gamau nih
ditebengin sama gue lagi ? Oke kalau gitu gapapa. Nanti gue naik ojek aja
dipinggir jalan yang enggak tau abangnya berasal darimana, terus baik atau
engga, atau mungkin aja abangnya itu penjahat yang.......”
Sebelum dia melanjutkan
omongannya langsung kututup mulutnya itu.
“Iya udah gausah banyak
ngomong. Sinii gue anterin”
“Nah gitu dong. Btw lu
gantengan lex hari ini”
“Halah... giliran ada
maunya aja muji-muji. Udah cepetan naik. Keburu ujan. Nanti lu berubah jadi
dugong”
“Hehhhh kurang ajar lu!! Mana ada dugong secantik gue”
Lalu kami pun bergegas
pulang, karena cuaca yang sudah menunjukan akan turun hujan. Dijalan pun kami seperti biasa, membicarakan banyak hal yang memicu perselisihan antar kami
berdua.
Sesampainya dirumah
Winda, hujan pun turun. Winda pun menyuruhku untuk berteduh sejenak dirumahnya.
“Hujan Lex, masuk aja
dulu kerumah. Itung itung ucapan makasih gue ke lu, karena lu udah mau
nganterin dan jemput gue ke sekolah. Nanti gue bilangin mbak buat bikinin teh
anget biar lu gak kedinginan”
“Hmmmmm..... Tumbenan
lu baik” Ujar ku dengan curiga
“Lu baru tau kalau gue
baik ? gue emang baik. Lu nya aja yang enggak peka. Udah sana cepet masuk”
“iya-iya. Dasar galak”
Akhirnya aku pun
berteduh sebentar di rumah Winda. Ini bukan kali pertama kalinya aku kesini. Karena
memang kami sudah dekat dari SMP. Jadi aku sudah beberapa kali datang kesini
dan orang tua Winda pun sudah mengenal ku.
“Lu tunggu disini aja
dulu Lex. Jangan kemana-mana. Kalau ada barang yang hilang berarti lu! Gue mau
ganti baju dulu” ucap Winda
“Iya nyonyaaaa
Windaaaa..”
Sambil menunggu Winda
ganti baju. Aku melihat-lihat foto masa kecil Winda yang terpajang pada
lemari kaca yang tersusun rapih lalu mengambil salah satu foto dia pada saat
dia SMP.
“Lucu sih sebenernya
dia. Sayang aja galak kek nenek lampir”
Selang beberapa menit
Winda pun datang. Langsung merampas foto yang sedang ku pegang.
“Udah dibilang kan
duduk disana aja. Gabisa dibilangin banget sih jadi orang” ucapnya marah
“Kan bosen Win. Lagi
pula hanya lihat doang kan. Yaudah iya-iya maaf. Gue pulang aja deh lagi pula
hujannya juga udah reda”
“Yaudah sana pulang!”
Jawab Winda kesal
“Galak banget”
“Bodo!!”
Aku pun lekas pulang
sebelum nyawa ini terancam dilahap oleh nenek lampir.
Pada saat jalan pulang,
sepintas pikiranku mengingat hal yang baru saja terjadi. Ko bisa Winda semarah
itu. Padahal Aku hanya melihat-lihat foto nya saja.
“Yaudah lah nanti juga
baikan lagi, Seperti biasanya.” Pikir ku